Responsive Ads Here

Featured

Saturday, March 10, 2018

Cerita Dewasa dengan Majikanku Keenakan Setelah Terkena Goyangan Maut dari Ku

Cerita Dewasa dengan Majikanku Keenakan Setelah Terkena Goyangan Maut dari Ku
              Narasi Dewasa Majikanku Keenakan Sesudah Terserang Goyangan Mautku – Kesempatan ini Saya juga akan bercerita Narasi Seks saat majikanku yang nakal mendesah keenakan selesai memperoleh goyangan mautku. Ingin tahu lanjutan ceritanya? Segera saja yuk baca serta simak baik-baik narasi saat ini.


Sampai saat ini, cerita ini masih tetap seringkali terlintas dalam benak serta fikiranku. Tak tahu satu keberuntungankah atau kepedihan untuk si aktor. Yang pasti dia telah memperoleh pengalaman bernilai dari apa yang dirasakannya. Sebut saja namaya si Jo. Datang dari kampung yang sesungguhnya tidak jauh-jauh sekali dari kota Y. Di kota Y berikut dia numpang hidup pada orang keluarga kaya. Suami istri berkecukupan dengan seseorang sekali lagi pembantu wanita Inah, dengan umur lebih kurang di atas Jo 2-3 th.. Jo sendiri berusia 15 th. jalan.

Satu hari nyonya majikannya yang masih tetap muda, Ibu Rhieny atau umum mereka menyebut Bu Rhien, mendekati mereka berdua yang tengah repot di dapur yang terdapat di halaman belakang, dimuka kamar si Jo.
“Inah.., besok lusa Ayah akan ke Kalimantan sekali lagi. Tolong sediakan baju seperlunya janganlah lupa hingga ke kaos kakinya semua.. ” perintahnya.
“Kira-kira berapakah hari Bu..? ” bertanya Inah hormat.
“Cukup lama.. mungkin saja nyaris sebulan. ”
“Baiklah Bu.. ” tukas Inah mahfum.

Bu Rhien selekasnya berlalu melalui Jo yang tengah bersihkan tanaman di pekarangan belakang itu. Dia mengangguk saat Jo membungkuk hormat kepadanya.

Ibu Rhien majikannya itu masih tetap muda, paling tua mungkin saja sekitaran 30 tahunan, demikian Inah sempat narasi padanya. Mereka menikah baru saja serta termasuk juga lambat karna keduanya repot di study serta pekerjaan. Tetapi sesudah menikah, Bu Rhien kelihatannya semakin banyak dirumah. Meskipun sifatnya hanya sesaat, untuk sekedar jeda istirahat saja.

Dengan perawakan langsing, dada tidak demikian besar, hidung mancung, bibir tidak tebal serta berkaca mata dan kaki yang lenjang, Bu Rhien berkesan angkuh dengan wibawa intelektualitas yang tinggi. Tetapi terlihat bila dia seseorang yang baik hati serta bisa tahu kesusahan hidup orang yang lain walau dalam pembagian yang sewajarnya. Dengan ke-2 pembantunya juga tidak demikian seringkali bicara. Hanya kadang-kadang jika memang perlu. Tetapi Jo tahu tentu Inah lebih dekat dengan majikan perempuannya, karna mereka seringkali terlibat percakapan di dapur atau di ruangan tengah apabila saatnya senggang.

Sekian hari kepergian Ayah ke Kalimantan, Jo tanpa ada berniat menguping perbincangan ke-2 wanita itu.
“Itulah Nah.. terkadang belajar butuh juga.. ” nada Bu Rhien terdengar agak geli.
“Di kampung memanglah selalu jelas saya sempat Bu.. ” Inah terlihat agak bebas menjawab.
“O ya..? ”
“Iya.. kami.. sst.. pss.. ” dan sebagainya Jo tidak bisa sekali lagi menangkap isi perbincangan itu. Hanya lalu terdengar tawa berderai mereka berdua.

Jo mulai lupa pembicaraan yang menyebabkan sinyal bertanya itu karna kesibukannya sehari-hari. Bersihkan halaman, menjaga tanaman, melakukan perbaikan keadaan tempat tinggal, pagar dsb yang dipandang butuh dikerjakan. Hari untuk hari berlalu demikian saja. Sampai satu sore, Jo agak terperanjat saat dia tengah beristirahat sebentar di kamarnya.
Mendadak pintu terbuka, “Kriieet.. Blegh..! ” pintu itu selekasnya tutup sekali lagi.
Di hadapannya saat ini Bu Rhien, majikannya berdiri menatapnya dengan pandangan yg tidak bisa ia tahu.

“Jo.. ” suaranya agak serak.
“Jangan kaget.. tidak ada apa-apa. Ibu hanya ada butuh sebentar.. ”
“Maaf Bu..! ” Jo cepat-cepat kenakan kaosnya.
Baru saja dia hanya bercelana pendek. Bu Rhien diam serta berikan peluang Jo kenakan kaosnya sampai usai. Kelihatannya Bu Rhien telah bisa kuasai diri sekali lagi. Dengan mimik umum dia selekasnya mengemukakan maksud kehadirannya.

“Hmm.., ” dia melirik ke pintu.
“Ibu minta anda tidak usah narasi ke siapapun juga. Ibu hanya butuh meminjam suatu hal darimu.. ”
Lalu dia selekasnya melemparkan satu majalah.
“Lihat serta cepatlah ikuti perintah Ibu..! ” nada Bu Rhien agak menghimpit.
Agak gelagapan Jo buka majalah itu serta terperangah merasakan beragam gambar yang mengakibatkan nafasnya segera memburu. Walau orang kampung, dia tahu apa makna semuanya. Terlebih jujur dia memanglah tengah memijak umur yang kerapkali membuatnya terbangun di larut malam karna bayangan serta udara yang menyesakkan dada apabila baru nonton TV atau membaca artikel yang sedikit nyerempet ke arah “itu”.

Sejurus diamatinya Bu Rhien yang tengah bergerak menuju pintu. Beliau kenakan kaos hijau ketat, sesaat bawahannya berbentuk rok yang agak longgar warna hitam agak berkilat tak tahu apa berbahan. Selekasnya tangan putih mulus itu menggerendel pintu.
Lalu.., “Berbaringlah Jo.. serta bebaskan celanamu..! ”
Agak sangsi Jo mulai buka.
“Dalemannya juga.. ” agak jengah Bu Rhien mengatakan itu.
Dengan begitu malu Jo melepas CD-nya. Sesaat lalu terpampanglah alat pribadinya ke atas.

Beda dari fikiran Jo, nyatanya Bu Rhien tidak selekasnya turut buka bajunya. Dengan muka menunduk tanpa ada ingin lihat ke berwajah, dia selekasnya bergerak naik ke atas badannya. Jo rasakan desiran hebat saat betis mereka bersentuhan.
Naik sekali lagi.. saat ini Jo dapat rasakan halusnya paha majikannya itu bersentuhan dengan paha atasnya. Naik sekali lagi.. serta.. Jo rasakan semua tulang belulangnya terkena setrum beberapa ribu watt saat ujung alat pribadinya menyentuh sisi lunak empuk serta basah di pangkal paha Bu Rhien.

Tanpa ada memerlihatkan sedikitpun sisi badannya, Bu Rhien kelihatannya akan lakukan persetubuhan dengannya. Jo menghela nafas serta menelan ludah saat tangan lembut itu memegang alatnya serta, “Bleesshh..! ”
Dengan tubuh bergetar pada lemas serta kaku, Jo sedikit mengerang menahan geli serta kesenangan saat barangnya dilumat oleh daging hangat nan empuk itu.

Dengan masih tetap menunduk Bu Rhien mulai menggoyangkan pantatnya. Tangannya menepis tangan Jo yang dengan perasaanah akan merengkuhnya.
“Hhh.. ehh.. sshh.. ” terlihat Bu Rhien menahan nafasnya.
“Aakh.. Bu.. saya.. saya tidak tahan.. ” Jo mulai mengeluh.
“Tahann sebentar.. sebentar saja..! ” Bu Rhien terlihat agak geram mengatakan itu, keringatnya mulai bermunculan di kening serta hidungnya.

Sekuat tenaga Jo menahan aliran yang akan meledak di ujung perlengkapannya. Di atasnya Bu Rhien selalu berpacu.. bergerak makin liar sampai dipan tempat mereka ada turut berderit-derit. Semakin lama makin cepat serta pada akhirnya terlihat Bu Rhien mengejang, kepalanya ditengadahkan ke atas memerlihatkan lehernya yang putih berkeringat.
“Aaahhkhh..! ”
Sejurus lalu dia berhenti bergoyang. Lemas terkulai namun masih tetap pada tempat duduk diatas badan Jo yang masih tetap bergetar menahan rasa. Nafasnya masih tetap memburu.

Sebagian waktu lalu, “Pleph..! ” mendadak Bu Rhien mencabut pantatnya dari badan Jo.
Dia selekasnya berdiri, merapihkan rambutnya serta roknya yang terungkap sebentar.
Lalu, “Jangan narasi pada siapa saja..! ” tandasnya, “Dan apabila anda belum juga usai, anda dapat puaskan ke Inah.. Ibu telah bicara dengannya serta dia bersedia.. ” tukasnya cepat serta selekasnya jalan ke pintu lantas keluar.

Jo terhenyak diatas kasurnya. Sesaat dia berupaya menahan degup jantungnya. Diambilnya nafasdalam-dalam. Sembari sekuat tenaga meredam denyutan di ujung penisnya yang merasa ingin menyembur cepat itu. Sesudah dapat tenang, dia selekasnya bangkit, kenakan bajunya lalu berbaring. nafasnya masih tetap tersisa birahi yang tinggi tetapi kesadarannya cepat menyebar di kepalanya. Dia sadar, tidak mungkin saja dia menuntut apa pun pada majikan yang memberikannya hidup itu. Tetapi benar-benar mengagumkan pengalamannya itu. Tidak sedikitpun terpikir, Bu rhien yang demikian berwibawa itu lakukan perbuatan begini.

Dada Jo agak berdesir teringat perkataan Bu Rhien mengenai Inah. Terbayang raut muka Inah yang dalam benaknya lugu, namun mengapa ingin diminta melayaninya..? Jo menggelengkan kepala.. Tidak..! biarkanlah perbuatan bejat ini pada saya serta Bu Rhien. Tidak menginginkan dia melibatkan orang yang lain sekali lagi. Perlahan-lahan tapi tentu Jo dapat mengendapkan semua fikiran serta gejolak perasaannya. Sebagian menit lalu dia terlelap, tenggelam dalam kenyamanan yang tanggung serta mengganjal dalam tidurnya.
Agen Poker Online

Perlakuan Bu Rhien berlanjut setiap kali suaminya tidak berada di tempat tinggal. Senantiasa serta senantiasa dia meninggalkan Jo dalam kondisi menahan gejolak yang menggelegak tanpa ada penyelesaian yang layak. Sekian kali Jo akan melanjutkan keinginannya ke Inah, namun senantiasa diurungkan karna dia bebrapa sangsi, apakah semua betul-betul telah ditata oleh majikannya atau hanya argumen Bu Rhien tidak untuk memberi balasan service padanya.

Sampai pada akhirnya disuatu malam yang dingin, diluar gerimis serta terdengar bebrapa nada katak bersahutan di sungai kecil belakang tempat tinggal dengan rythme-nya yang ciri khas serta dihafal benar oleh Jo. Dia agak terganggu saat mendengar daun pintu kamarnya terbuka.
“Kriieet..! ” nyatanya Bu Rhien.
Terlihat selekasnya mengambil langkah masuk kamar. Malam hari ini beliau kenakan daster merah jambu bergambar bunga atau daun-daun apa Jo tidak terang mencermatinya. Karna selekasnya dirasakannya nafasnya memburu, kerongkongannya tercekat serta ludahnya merasa asin. Berwajah merasa tidak tipis tidak rasakan apa-apa.

Agak tergesa-gesa Bu Rhien selekasnya tutup pintu. Tanpa ada bicara sedikitpun dia menganggukkan kepalanya. Jo selekasnya memahami. Dia selekasnya menarik tali saklar di kamarnya serta sesaat ruangnya jadi remang-remang oleh lampu 5 watt warna kehijauan. Sesaat menanti Jo melepas celananya, Bu rhien terlihat menyapukan pandangannya ke seantero kamar.
“Hmm.. anak ini cukup rajin bersihkan kamarnya.. ” fikirnya.
Tapi selekasnya berhenti saat diliatnya “alat pemuasnya” itu telah siap.
Serta.., peristiwa itu terulang kembali untuk beberapa kalinya. Sesudah usai Bu Rhien selekasnya berdiri serta merapihkan bajunya. Dia akan beranjak saat mendadak teringat suatu hal.

“Oh Ibu lupa.. ” berhenti sesaat ucapannya.
Jo memutar otak.. kurang apa sekali lagi..? Jujur dia mulai tidak tahan menangani nafsunya setiap kali ditinggal demikian saja, menginginkan sekali dia mencapai pinggang sexy itu setiap kali akan keluar dari pintu.
Lanjutnya, “Hmm.. Inah pulang kampung pagi barusan.. ” dengan muka agak masam Bu Rhien selekasnya mengurungkan langkahnya.
“Rasanya tidak adil bila hanya Ibu yang bisa. Sesaat anda ketinggalan demikian saja karna tak ada Inah.. ”
Jo nyaris keceplosan kalau sampai kini dia tidak sempat meneruskan dengan Inah. Tapi mulutnya selekasnya dikuncinya kuat-kuat. Dia terasa Bu Rhien juga akan memberikannya suatu hal. Nyatanya benar.. Wanita itu selekasnya menyuruhnya berdiri.

“Terpaksa Ibu melayani anda malam hari ini. Tapi ingat.., janganlah sentuh apa pun. Anda hanya bisa mengerjakannya sesuai sama yang Ibu kerjakan padamu.. ”
Lalu Bu Rhien selekasnya duduk di pinggir ranjang. Dirainya bantal untuk ganjal kepalanya. Sejuruskemudian dia buka pahanya. Matanya selekasnya memandang Jo serta memberikannya isyarat.
“.. ” Jo tergagap. Tidak menduga juga akan di beri peluang sesuai sama itu.
Dalam sinar kamar yang minim itu dadanya berdesir hebat lihat sepasang paha mulus kemampuanng. Di samping atas sana terlihat dua bukit membuncah dibalik BH warna krem yang keluar sedikit di leher daster. Dengan perlahan dia mendekat. Lalu dengan agak sangsi selangkangannya diarahkan ke tengah di antara dua belah paha mulus itu. Terlihat Bu Rhien memalingkan muka ke samping jauh.. sejauh-jauhnya.

“Degh.. degh.. ” Jo agak kesusahan memasukkan alatnya.
Karna sampai kini dia memanglah pasif. Hingga tak ada pengalaman memasukkan sekalipun. Tapi dia rasakan nikmat yang mengagumkan saat kepala penisnya menyentuh daging lunak serta bergesekan dengan rambut kemaluan Bu Rhien yang tidak tipis itu. Hhh..! Sangat nikmat. Bu Rhien menggigit bibir. Menginginkan rasa-rasanya menendang bocah kurang ajar ini. Tapi dia selekasnya mengerti ini semuanya dia yang mulai. Tubuhnya menggelinjang menahan geli saat dengan agak paksa namun masih tetap perlahan Jo sukses memasukkan penisnya (yang memanglah keras serta lumayan itu) ke perlengkapan rahasianya.

Sebagian waktu lalu Jo dengan perasaanah mulai menggoyangkan pantatnya maju mundur.
“Clep.. clep.. clep..! ” bunyi penisnya beradu dengan vagina Bu Rhien yang basah belum juga dicuci sesudah persetubuhan pertama barusan.
“Plak.. plak.. plakk.., ” terkadang Jo sangat kuat menghimpit hingga pahanya beradu dengan paha putih mulus itu.
“Ohh.. enak sekali.. ” fikir Jo.
Dia rasakan kesenangan yang lebih sekali lagi dengan tempat dia yang aktif ini.
“Ehh.. shh.. okh.., ” Jo betul-betul tidak kuasa sekali lagi menutupi rasa enaknya.

Nyaris sebagian menit lamanya kondisi berjalan sesuai sama itu. Sesaat Jo selintas melirik begitu muka Bu rhien mulai memerah. Matanya terpejam serta dia melengos ke kiri, terkadang ke kanan.
“Hkkhh.. ” Bu Rhien berupaya menahan nafas.
Awalnya dia berpikir servicenya hanya juga akan sebentar karna dia paham anak ini tentu telah diujung “konak”-nya.
Tapi nyatanya, “Huoohh.., ” Bu Rhien rasakan otot-otot kewanitaannya tegang sekali lagi terima gesekan-gesekan kasar dari Jo.
Dia berupaya sekuat tenaga tidak untuk terbangkitkan nafsunya.

Jo selalu bergoyang, berputar-putar, menyeruduk, menghimpit serta mendorong sekuat tenaga. Dia betul-betul telah lupa siapa wanita yang di hadapannya ini. yang terfikir yaitu hasrat untuk cepat keluarkan suatu hal yang merasa deras mengalir dipembuluh darahnya serta menginginkan segeradikeluarkannya..!! ”Ehh.. ” Bu Rhien tidak dapat sekali lagi membendung nafsunya.
Daster yang semula dipegangi supaya badannya sedikit terungkap itu lepas dari tangannya, hingga saat ini terungkap jauh hingga ke atas pinggang. Lihat panorama ini Jo makin terangsang. Dia menunduk mencermati alatnya yang serba hitam, kontras dengan badan putih mulus di depannya yang mulai menggeliat-geliat, hingga mengakibatkan batang kemaluannya makin teremas-remas.

“Ohh.. aduh.. Bu.., ” Jo mengerang perlahan penuh kesenangan.
Yang pasti Bu Rhien tidak juga akan mendengarnya karna beliau sendiri tengah berjuang melawan rangsangan yang makin dekat ke puncaknya.
“Okh.. hekkhh.. ” Bu Rhien menegang, sekuat tenaga dia menahan diri, tapi sodokan itubenar-benar kuat serta tahan.
Diam-diam dia mengagumi akan dengan stamina anak ini.

Pada akhirnya karna telah tidak dapat sekali lagi menahan, Bu Rhien selekasnya mengapitkan ke-2 pahanya, tanganya mencapai sprei, meremasnya, serta.., “Aaakkhh..! ” dia mengerang nikmat. Orgasmenya yang ke-2 dari si Jo malam hari ini. Sesaat si Jo juga telah tidak tahan sekali lagi. Waktu paha mulus itu menjepit pinggangnya serta lalu pantat wanita itu diangkat, penisnya betul-betul seperti dipelintir sampai, “Cruuth..! crut.. crut..! ” memancar satu cairan kental dari sana. Jo rasakan nikmat yang mengagumkan. Seperti kencing tetapi merasa enak campur gatal-gatal bagaimana. ”Ohk.. ehh.. hh, ” Jo terkulai. Badannya bergetar serta dia selekasnya mundur serta mencabut penisnya lalu terhenyak duduk di kursi samping meja di kamarnya. Berwajah menengadah sesaat dengan alamiah tangannya selalu meremas-remas penisnya, menggunakan sisa cairan yang ada di sana. Ooohh.. enak sekali..

Di ranjang Bu Rhien kemampuanng lemas. Betul-betul nikmat persetubuhan yang ke-2 ini. Sebagian waktu dia terkulai seolah tidak sadar dengan kondisinya. Bongkahan pantatnya yang mengkal serta mulus itu ter-expose dengan bebas. Rasa-rasanya batang kenyal nan keras itu masih tetap menyumpal celah vaginanya. Memberikannya sengatan serta sodokan-sodokan yang nikmat. Jo memandang badan indah itu dengan penuh rasa tidak yakin. Baru saja dia menyetubuhinya, hingga dia juga memperoleh kenikmatan. Apakah benar..?

Disamping itu sesudah sadar, Bu Rhien selekasnya bangkit. Dia mengatur bajunya. Terlintas suatu hal yang agak aneh dengan anak ini. Barusan dia terasa begitu panas pancaran sperma yang disemburkannya. Seperti air mani lelaki yang baru sempat bersetubuh.

“Berapa jam umumnya anda lakukan ini dengan Inah, Jo..? ” bertanya Bu Rhien menyelidik.
Jo terdiam. Apakah beliau akan tidak geram bila dia berterus jelas..?
“Kenapa diam..? ”
Jo menghela nafas, “Maaf Bu.. belum juga sempat. ”
“Hah..!? Jadi sampai kini anda..? ”
“Iya Bu. Saya hanya diam saja sesudah Ibu pergi. ”
“Oo.., ” Bu Rhien melongo.
Benar-benar tidak disangka sekalipun bila itu yang sampai kini berlangsung. Alangkah tersiksanya sampai kini bila demikian. Saya nyatanya egois juga. Tapi..?, masa saya mesti melayaninya. Apa pun dia kan hanya pembantu. Dia hanya perlu batang muda-nya saja untuk penuhi keinginan sex-nya yang menggelora selalu itu. Sampai kini bahkan juga suami serta pacar-pacarnya dahulu tidak sempat ketahuinya. Ini rahasia yang tersimpan rapat.

Baca Juga : Dewasa Narration Ngentot Dengan Sepupu Saya Di Bln. Tempat Bersantai

“Hmm.. baiklah. Ibu minta anda janganlah katakan ke siapa saja. Sesungguhnya Ibu telah bicara sama Inah tentang problem ini. Tapi rupanya kalian tidak nyambung. Ya telah.. yang perlu lagi, pegang rahasia ini erat-erat.. tahu..? ” kembali suaranya berwibawa serta buat enggan.
“Mengerti Bu.., ” Jo menjawab penuh rasa rikuh.
Pada akhirnya Bu Rhien keluar kamar serta Jo selekasnya melemparkan tubuhnya ke kasur. Capek, capek, namunnikmat serta merasa legaa.. sekali.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.